FUNGSI FOLKLOR

FUNGSI FOLKLOR

Fungsi folklor ada empat, yaitu:
1.    Sebagai sistem proyeksi
Folklor sebagai sistem proyeksi berfungsi sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kelompok. Contohnya: di Indonesia terdapat dongeng “Bawang Putih Bawang Merah” dari orang Betawi, atau dongeng “Joko Kendil” dari orang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua dongeng ini menurut penganut psikoanalisis sebenarnya adalah proyeksi angan-angan yang terendam dalam diri para remaja dari kalangan rakyat miskin untuk dapat hidup senang melalui pernikahan dengan keluarga bangsawan atau orang kaya raya.

2.    Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
Folklor sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, folklor dapat terbentuk dalam adat kebiasaan, misalnya yang tercermin dalam dongeng “Cecak yang Menghianati Nabi Muhammad SAW.” Dalam dongeng ini seekor cecak yang berwarna kelabu menyindir para musuh Nabi dengan bunyinya “cek, cek, cek! Matamu picek (buta),” yang hamper mengundang perhatian mereka ke tempat persembunyia Nabi. Untunglah para musuh Nabi merasa mustahil beliau bersembunyi dalam gua yang mulutnya terbendung sarang laba-laba, sedangkan didekatnya ada seekor burung merpati yang sedang mengerami telurnya. Dongeng ini sampai sekarang tetap dipergunakan oleh orang Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk membenarkan anak-anak kampung membunuh cecak berwarna kelabu dengan sumpitan, pada setiap hari jumat legi.

3.    Sebagai alat pedagogik (alat pendidikan)
Ada banyak sekali contoh folklor sebagai alat pedagogik. Diantaranya di daerah Lombok terdapat berbagai macam peribahasa (sesenggak), pantun sasak (lelakak), dan lain-lain yang berfungsi sebagai alat pendidikan bagi anak-anak. Misalnya lelakak anak-anak:

Bau paku leq sedin oloh
Jari kandoq mangan tengari
Pacu-pacu pade sekolah
Jari sangunte lemaq mudi

Impan bembeq siq daun waru
Pelembah polak leq dese  Pujut
Leman kodeq te pade pacu
Uahte toaq jari penurut

Sei rengge jeruk manis
Jeruk manis leq atas langan
Sai wede kanak nangis
Kanak nangis mele mangan

Jelo Senen te juan buaq
Jelo ahad tejuan apuh
Lamunte genem jaq araq juaq
Lamunte sagaq deq araq angkuh

Pempang ere tekadu kaliq lungkak
Batang mitaq tepiaq jari pemanju
Moge- moge araq gamak kesukaq
Kanak Sasak niki sayan pacu
 
4. Sebagai alat pemaksa dan penggagas norma-norma agar masyarakat selalu mematuhinya.

Fungsi folklor sebagai alat pemaksa dan penggagas norma-norma agar masyarakat selalu mematuhinya, misalnya dalam peribahasa “Pagar Makan Tanaman,” yang digunakan untuk menyindir alat negara yang sering memeras rakyat, yang seharusnya dilindunginya. Sewaktu mendengar sindiran yang berupa ungkapan tradisional itu, alat negara yang bersangkutan biasanya tidak dapat marah, karena ia sadar bahwa celaan tersebut tidak berasal dari satu orang, melainkan dari kolektif yang mewajibkan dia, sebagai salah satu anggota, turut mendukungnya.

Di daerah Lombok juga terdapat banyak folklore yang berfungsi sebagai alat pemaksa dan penggagas norma-norma agar masyarakat selalu mematuhinya. Diantaranya: Sesenggak sasak yang berbunyi “Alus-alus tain jaran”. Pribahasa ini menggambarkan sifat manusia yang terlihat baik hanya di luarnya saja, tetapi sebenarnya manusia tersebut memiliki perangai yang buruk. Kotoran kuda merupakan perumpamaan bagi orang yang berperangai jelek. Kita mengetahui bau dan bentuk kotoran kuda yang baru keluar dari duburnya. Ketika kotoran itu jatuh ke tanah, kita melihatnya ada yang masih utuh dan yang pecah menampakkan keadaan yang kasar di dalamnya. Demikian juga halnya dengan watak manusia yang pandai bermulut manis, orang yang seperti ini tidak jarang kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari.

Pribahasa ini mengajarkan kepada kia supaya sepatutnya membina prilaku dan sifat-sifat terpuji. Bertutur kata sesuai dengan nurani, bertindak atas dasar pemikiran, jangan sampai perkataan tidak sejalan dengan perbuatan. Kejujuran adalah sifat terpuji yang perlu dipelihara dalam diri manusia. Nilai ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kwalitas manusia Indonesia yang berbudi pekerti luhur

2 Comments

Previous Post Next Post

Contact Form